Nama Kelompok :
Ø Wetar Pramita
Ø Dian Pawitno
Ø Ferdi Firmansyah
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
- Sejarah Perkembangan Akhlak
Pada Zaman Yunani
Diduga yang pertama kali yang mengadakan
penyelidikan tentang akhlak yang berdasarkan ilmu pengetahuan ialah Bangsa
Yunani. Ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak,
tetapi kebanyakan penyelidikannya mengenai alam, sehingga datangnya
Sephisticians (500-450 SM). Arti dari Sephisticians adalah orang yang
bijaksana. (Sufisem artinya orang-orang bijak). Pada masa itu kata akhlak
terungkap dengan kata etika dengan arti yang sama.
Golongan ahli-ahli filsafat dan juga menjadi
guru yang tersebar di beberapa Negeri. Buah pikiran dan pendapat mereka
berbeda-beda akan tetapi tujuan mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan
muda bangsa Yunani, agar menjadi Nasionalis yang baik lagi merdeka dan
mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.
Pandangan tentang kewajiban-kewajiban ini
menimbulkan pandangan mengenai sebagian tradisi lama dan pelajaran-pelajaran
yang dilakukan oleh orang-orang dahulu, yang demikian itu tentu membangkitkan
kemarahan kaum yang kolot “conservative”. Kemudian datang filsafah yang
lain dan iapun menentang sekaligus mengecam mereka, dan iapun menuduh dan suka
memutar balikan kenyataan. Oleh sebab itu buruklah nama mereka, meskipun
terkadang ada diantara mereka lebih jauh pandangannya pada zamanya.
Diantara sekian
banyak ahli-ahli fikir Yunani yang menyingkapkan pengetahuan akhlak, di sini
dikemukakan beberapa diantaranya yang dipandang terkemuka:
Aristoteles
(9394-322 SM), dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang mana
pengikutnya diberi nama dengan “Paripatetics”karena mereka memberikan pelajaran
sambil berjalan. Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki
manusia mengenai segala perbuatannya ialah “bahagia” ia berpendapat bahwa jalan
mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan jalan mencapai kebahagiaan ialah
mempergunakan kekuatan akal pikiran sebaik-baiknya. Selain itu
Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan adalah
tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-tengah
antar membabi buta dan takut.
Pada
akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di Eropa. Agama
itu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum
di dalam Taurat. Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan
sumber segala akhlak. Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kita
pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik dan
buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan melaksanakan
perintah-perintah-Nya.
Menurut
para ahli filsafat Yunani bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik dan
ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan; menurut Agama Nasrani bahwa pendorong
untuk melakukan perbuatan baik itu ialah cinta kepada Tuhan dan iman
kepada-Nya.
Sejarah Akhlak pada
Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Kehidupan
masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu
gereja berusaha memerangi filsafat Yunani srta menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima
dari wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya.
Oleh kerana itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk
kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak
bertentangan dengan doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memilki perasaan
dan menguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan sperti itu penggunaan filsafat
tidak diperkenankan.
Namun
demikian sebagai dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato,
Arostoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya
dengan akal. Filsafat yang menentang Agama Nashrani dibuang jauh-jauh.
Dengan
demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu
adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan
ajaran Nashrani. Diantara merka yang termasyhur ialah Abelard,, sorang ahli
filsafat Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Agama
berkebangsaan Italia (1226-1274).
Corak
ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan
ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang
terdapat dalam Islam sebagaimana terlihat pada pemikiran aklhlak yang
dikemukakan kaum Muktazilah.
- Sejarah
Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada
yang menonjol dalam segi filsafat sebagaimana Bangsa Yunani (Socrates, Plato
dan Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkan karena penyelidikan
akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun
demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-ahli hikwah yang
menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak, misalnya: Luqman
el-hakim, Aktsan bin Shoifi, Zubair bin Abi Sulma dan Hotim al-Thoi.
Adapun sebagian syair dari kalangan Bangsa
Arab diantaranya: Zuhair ibn Abi Salam yang mengatakan: ”barang siapa
menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa yang membawa hatinya menunjuka
kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”. Contoh lainnya, perkataan Amir
ibnu Dharb Al-Adwany ”pikiran itu tidur dan nafsu bergejolak. Barang siapa
yang mengumpulkan suatu antara hak dan batil tidak akan mungkin terjadi dan
yang batil itu lebih utama buatnya. Sesungguhnya penyelesaian akibat
kebodohan”.
Simak apa yang dikatakan Aktsam ibn Shaify
yang hidup pada zaman jahiliah dan kemudian masuk Islam. Ia berkata: ”jujur
adalah pangkal keselamatan; dusta adalah merusakkan: kejahatan adalah
merusakkan; ketelitian adalah sarana menghadapi kesulitan; dan kelemahan adalah
penyebab kehinaan. Penyakit pikiran adalah nafsu, dan sebaik-baiknya perkara
adalah sabar. Baik sangka merusak, dan buruk sangka adalah penjagaan”.
Al-Adwany pernah berpesan kepada anaknya
Usaid dengan sifat-sifat terpuji, ujarnya: ’Berbuatlah dermawan dengan hartamu,
Memuliakan tetanggamu, bantulah orang yang meminta pertolongan padamu,
hormatilah tamumu dan jagalah dirimu dari perbuatan meminta-minta sesuatu pada
orang lain”.
Dengar pula apa yang yang dikatan Amr ibn
Al-Ahtam kepada budaknya:”Sesungguhnya kikir itu merupakan perangai yang
akurat untuk lelaki pencuri; bermurahlah dalam cinta karena sesungguhnya diriku
dalam kedudukan suci dan tinggi adalah orang yang belah kasih.setiap orang
mulia akan takut mencelamu, dan bagi kebenaran memiliki jalanya sendiri bagi
orang-orang yang baik.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum
Islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang akhlak,
pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai
yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang
diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat mereka
tersebut saja sudah ada muatan-muata akhlak.
Memang sebelum Islam, dikalangan bangsa Arab
belum diketahui adanya para ahli filsafat yang mempunyai aliran-aliran tertentu
seperti yang kita ketahui pada bangsa Yunani, seperti Epicurus, Plato, zinon,
dan Aristo, karena penyelidikan secara ilmiah tidak ada, kecuali sesudah
membesarnya perhatian orang terhadap ilmu kenegaraan.
Setelah sinar Islam memancar, maka berubahlah
suasana laksana sinar matahari menghapuskan kegelapan malam, Bangsa Arab
kemudian tampil maju menjadi Bangsa yang unggul di segala bidang, berkat
akhlakl karimah yang diajarkan Islam.
Diantara ayat Al-Qur’an tentang akhlak yaitu:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. ( QS. An-Nahl: 90)
KESIMPULAN
- Sejarah
Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu
Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha dengan sungguh-sungguh membentuk
perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia berpendapat akhlak dan bentuk
perhubungan itu, tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan ilmu pengetahuan.
Lalu datang Plato (427-347 SM). Ia seorang
ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya
dalam Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam
rohani. Di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul
dari perimbangan dan tunduknya kepada hukum.
Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM),
dia adalah muridnya plato. Pengukutnya disebut Peripatetis karena ia
memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh
- Sejarah
Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan
‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan
Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno.
Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat
telah diterima dari wahyu. Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu
adalah benar. Jadi manusia tidak perlu lagi bersusah-susah menyelidiki tentang
kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
- Sejarah
Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak
mempunyai ahli-ahli Filsafat yang mengajak kepada aliran atau faham tertentu
sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles.
Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu
tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa Arab hanya
memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan
diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.
20Dzakkir.htm